Rabu, 06 Desember 2017

New Life Chapter : Real Life (Back to 2016)

Kira- kira 4 tahun lamanya blog ini udah gak pernah update, but who cares right? Dan entah kenapa gua keinget sama blog ini dan pengen untuk nulis lagi. So here we are, in my new chapter of my life, when Real Life hit me so hard!

Well...Let me explain my present life. Di penghujung tahun 2017 ini banyak hal yang terjadi sama gua, termasuk perubahan dalam diri gua baik fisik, sikap, mau pun mental. But let's start from las year...November 2016.

Graduation

Akhirnya setelah mengalami pergumulan selama kuliah, akhirnya gua memutuskan untuk mengambil jalur normal dengan lulus 4 tahun kuliah (beberapa temen di kuliah ada yang bisa lulus 3,5 tahun). Gua sangat bersyukur bisa lulus 4 tahun dibandingkan dengan ngejar target 3.5 tahun gara-gara beberapa temen gua membuktikan melalui dirinya kalau mereka bisa lulus dengan cepat. Tapi sebenarnya bukan itu yang pengen gua kejar. Awal mula nulis skripsi, gua ada ketertarikan dengan dunia Training, karena gw sebelumnya pernah magang di divisi training dan gua mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari karyawan disana, para trainer. Bahkan saat itu, supervisor gua menawarkan bantuan dengan mendukung penulisan skripsi gua dengan ngasih berbagai jenis buku atau sumber yang gua perlukan, bahkan sampe supervisor gua bilang "kalau kamu perlu artikel atau jurnal tertentu tapi harus bayar, kamu bisa pake kartu kredit saya untuk beli artikel atau jurnal itu, yang penting kamu kerjakan dengan sungguh-sungguh dan hasilnya bisa kamu presentasikan kepada kami" and like "Whaaattttt??? for real", dan supervisor gua bener-bener ngasih nomor kreditnya buat gua bisa beli jurnal itu, but so far gua gak keluar duit sepeser pun atau make kredit atasan gua buat beli artikel atau jurnal.

Gua semangat banget untuk ngulik soal dunia Training, sampe akhirnya ada kejadian yang bikin gua gak bisa ngelanjutin rencana penelitian itu yang udah gua rancang hampir 6 bulan, yang menurut gua udah sempurna untuk dijalankan. Temen kuliah gua yang juga magang di tempat yang sama membuat kesalahan yang cukup fatal sampe akhirnya gua gak bisa ambil data disitu. dan penelitian gua kandas sampai sebatas sidang proposal penelitian, gua merasa usaha gua sia-sia dan diri gua gak berguna. Tapi untungnya waktu itu dosen pembimbing gw (sebut saja ibu mawar) gak menyerah sama gua dan akhirnya gua tetap melanjutkan penelitian yang sama dengan nyari kantor lain yang memungkinkan gua untuk bisa ngambil data. Sembari nyari perusahan yang mau terima gua untuk ambil data, gua memantapkan penelitian gua supaya bisa lebih yakin di sidang komperhensif 1 (jadi di fakultas gua, prosesnya ada 3x sidang, Kompre 1, Kompre 2, sama Sidang Akhir). Tiba saatnya gua masuk ke proses sidang Kompre 1. Disini gua bakal di judge soal Bab 1-3 gua, mengenai dasar penelitian gua. But somehow, apa yang gua bawa di sidang Kompre 1 berbanding terbalik sama apa yang udah gua presentasikan di sidang proposal. Hasil sidang proposal malah dapet banyak pujian dan harapan, meski di akhir penguji kesel karena gua gak bisa ambil data di perusahaan yang sama. Meski isinya gak jauh beda (karena gua cuma nambahin sedikit) tapi justru di sidang Kompre 1 ini gw malah menuai banyak kritik dan hal-hal yang menurut penguji gak pas sama penelitian gua. Akibatnya gua bener-bener ngedown, dan kembali merasa gak guna, bodoh, dan gak bisa apa-apa sampe akhirnya gua memutuskan untuk mundur 1 semester untuk menenangkan diri gua.

Setelah gua selesai masa hibernasi, gua balik lagi mikirin skripsi gua, karena bagaimanapun gua mesti kelarin skripsi ini atau gua cuma jadi beban untuk orangtua gua yang udah ngebiayain kuliah. Tapi di saat gua udah mulai bangkit, ada aja ujian yang datang. Ibu mawar yang merupakan dosen pembimbing gua malah bikin penelitian payung (Penelitian dengan tema yang sama dilakukan oleh beberapa orang dengan aspek penelitian yang berbeda) dan ngambil beberapa temen gua yang lain untuk ngelakuin penelitian itu. Rasa di khianati dan dicurangi ditambah dengan kondisi gua yang lagi bingung karena gua harus ganti judul penelitian, campur aduk dan bikin gua makin terpuruk. Ibu mawar menawarkan sebuah metode penyelesaian, gua di minta untuk cari dosen pembimbing lain, tapi gua masih bisa bimbingan sama bu mawar. Cuma semua anak kelas gua tau, kalo bu mawar lagi sibuk atau lagi seneng nglakuin sesuatu, biasanya doi gak mau diganggu atau diinterupsi. Terakhir gua di usir cuma gara-gara dia lagi asik bikin laporan, padahal gua cuma mau nanya tugas. Hasil penelitian payung ini dipake buat doi ngajuin beasiswa untuk ngambil S3, jadi gua berasumsi doi bakal susah ditemuin apalagi untuk bimbingan. Akhirnya dengan pasrah gua nerima dosen pembimbing sisa, sampe akhirnya gua memutuskan untuk di bimbing sama dosen lain (sebut saja ibu anggrek). Ibu mawar itu dosen Psikologi Industri dan Organisasi, sedangkan Ibu anggrek itu dosen Psikologi Keluarga, dan sebenarnya gua gak terlalu kenal doi karena ketemunya cum di 2 semester awal sama semester 4.

Awalnya gua ragu karena takutnya bu anggrek gak paham soal penelitian gua karena jurusannya beda sama gua, dan gua dihadapkan dengan 2 pilihan yaitu dengan lanjutin skripsi gua yang sebelumnya tentang training, atau gua bikin baru. Gua seenernya males bikin baru, cuma karena trauma di sidang Kompre 1 sebelumnya, gua jadi gak yakin mau ngelanjutin dengan topik yang sama. Akhirnya gua mutusin untuk nyerah dan minta saran penelitian sma ibu anggrek. Ibu anggrek ngasih gua jurnal yang menurut gua cukup tebel untuk disebut jurnal. And guess what?? Itu jurnal bahas tentang Dukungan Sosial Suami terhadap Ibu yang sedang menyusui.

WHAAATTTT ??? Gua mesti bikin penelitian tentang ibu menyusui gitu ??!!

Gua rada shock sebenernya begitu ngeliat jurnal itu, tapi di satu sisi gua juga butuh sesuatu untuk gua kerjain supaya bisa lulus skripsi, dan dengan rasa bingung dan pasrah akhirnya gua terima tema itu. Gua masih gak habis pikir kenepa gua bisa terima tema itu, dan uniknya tim bimbingan ibu anggrek ini terdiri dari 3 cowok (termasuk gua) dan 1 cewek, tapi entah kenapa si cewek cuma dateng bimbingan sekali, abis itu gak pernah muncul lagi dan sisanya cuma kami bertiga. Gua bikin penelitian mengenai ibu menyusui, temen gua (sebut saja Andi) bikin penelitian tentang Single Mom yang survive dalam menghidupkan keluarganya, dan temen gua yang lain (Sebut saja Tono) bikin penelitian tentang hubungan pacaran beda agama, dan dosen-dosen menyebut kami Tim Mesum -_-.

Tantangan gua di penelitian ini adalah nyari ibu menyusui yang mau gua wawancara untuk pengambilan data. Dude, Ibu bodoh mana yang mau disamperin cowok dengan tampang pedofil begini dan mau ditanya soal menyusui ??!! Dan berapa banyak ibu-ibu yang gua kenal yang saat ini lagi nyusuin anaknya ?? Gak cuma sampe disitu, karena ini dukungan suami jadi gua harus wawancara suaminya juga, mau ditampol gua ama suaminya gegara nanya-nanya istrinya soal menyusui ??! Itu yang ada dipikiran gua sebelum bikin penelitian ini. Tapi kenyataannya gak seperti yang gua pikirin selama ini. Gua gak tau kalo temen-temen gua bakal suportif banget, baik dalam penelitian maupun secara mental. Gua bersyukur punya 2 orang yang stupidly smart, caring, dan yang gua suka nasib kami sama ^_^, dan ibu anggrek yang support kita bertiga terus, karena ibu anggrek ini punya anak baru umur 1 tahun , selama bimbingan kita bertiga dateng ke apartemennya dan biasanya doi ngasih kita makan, jadi berasa rumah kedua. Gua juga bersyukur punya keluarga yang akhirnya paling banyak bantu gua nyari subyek ibu menyusui. Sampe tiba saatnya kami sidang, meski gua juga masih trauma sama kejadian sebelumnya, tapi entah kenapa rasanya beda. Dan pada akhirnya kami bertiga bisa lulus sidang akhir di bulan September 2016, meski sebenernya gua kurang puas sama nilai yang gua dapet, karena gua sadar penelitian gua itu bukan hal yang gua minati. But whatever it is, pass is pass right ?

Balik lagi ke awal, kenapa pada akhirnya gua memutuskan untuk ngambil 4 tahun dan kenapa gua malah bersyukur? Akhirnya gua bener-bener menikmati yang namanya sebuah Proses. Gua berfikir apa salahnya jadi salah ? Kenapa kita selalu dituntut untuk menjadi benar ? Karena mengejar kesempurnaan ? Apakah manusia di dunia ini bisa sempurna ? Sebagai contoh, banyak banget beredar berita tentang kesuksesan seseorang yang buat dunia tau dan kenal siapa orang itu sampai akhirnya dunia fokus bukan pada kesusksesan atau kekayaan yang dia punya hanya karena dia punya kanker, atau kena serangan jantung dan akhirnya meninggal. Orang lain bukannya merasa senang, justru malah iba. Apakah orang sukses itu sempurna? Gua rasa enggak. Berapa banyak orang di dunia...atau paling gak di Indonesia deh, orang yang memotivasi orang lain karena dia gagal dibandingkan dengan yang memaki kegagalannya ? Ternyata masih banyak orang yang terobsesi dengan hasil dibandingkan dengan prosesnya. Gua gak menyalahkan orang yang berorientasi sama hasil, cuma kalo prosesnya gak bisa dirasain atau dihargai, gimana cara lo untuk menghargai hasil itu sendiri ? Pada akhirnya emang balik ke pribadi masing-masing, cuma ini yang gua rasain. Efek dari pelajaran ini buat gua gak gampang merasa terpuruk, karena gua menyadari kalau gua itu mahluk yang apa adanya.

"Coba rasakan perjalanannya, setiap tanjakan, setiap jalan yang rusak, setiap pemandangan, sampai dirimu menyadari betapa indah dan uniknya dunia yang kau pijak. Jangan sia-siakan mereka dengan menutup mata dan kamu akan melewatinya"



Rommel M.S (Masih Senang)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar